Janji Joni (2005)

Pemain: Nicholas Saputra, Mariana Renata, Gito Rollies, Surya Saputra, Rachel Maryam, Barry Prima, Sujiwo Tejo.

Joni, bukan kependekan dari jorok tapi nikmat, sebuah nama yang umum dengan pekerjaan yang tidak biasa. Sebuah profesi yang kebanyakan orang malah gak sadar kalau itu eksis. Namun pekerjaannya sangat vital dalam distribusi sebuah film. Ya, Joni adalah sang pengantar rol film ke bioskop-bioskop. Sebuah pekerjaan yang dianggap kecil bila diukur dari upahnya yang emang kecil, namun jasanya sangat besar bagi penikmat film karena tanpanya tak ada pemutaran film, tak ada hiburan. Dikisahkan si Joni ini adalah seorang pengantar film teladan. Sudah satu tahun dia menekuni profesi ini, sebagai sampingan karena paginya dia kuliah, dengan konduite tanpa cacat. hingga tibanya satu hari yang celaka bagi Joni namun sekaligus awal dari sebuah hari yang indah (apalah artinya kemalangan satu hari jika itu merupakan awal dari sebuah kebahagian besar). Awalnya dimulai indah, sewaktu mengantarkan rol film Blue Biru dia berpapasan dengan seorang wanita cantik (Mariana Renata, yg emang ampun deh cantiknya) dan yang akan menonton film dengan pacarnya yang perfeksionis dan pemarah, (diperankan oleh Surya Saputra yang menjijikan, cuma Hengky Kurniawan dalam Me vs High Heels yang lebih menjijikan dari dia). Hatinya bergetar dan untungnya (hari masih pagi, lady luck mash bersamanya) dia mendapat kesempatan dan memberanikan diri berbicara dengan wanita indah tersebut ketika pacarnya berdebat dengan orang yang antri beli tiket. Hmm...dasar Joni emang cakep (kalo Nicholas gak bikin muntah), si cewek X pun menanggapi. Namun untuk mengetahui namanya, ada syarat yang harus dipenuhi Joni yaitu dia harus mengantarkan rol film tepat waktu biar ada usaha jadi namanya gak bakal mudah dilupakan katanya. Eng..ing...eng...dimulailah kesialan Joni. Sepeda motorya dicuri ketika ia menolong orang buta menyebrang jalan. Bertemu supir taksi (Barry Prima) yang harus mengantarkan istrinya melahirkan dan Joni sampai ikut dan pingsan meliat proses kelahirannya. Tasnya yang berisi rol film dicuri, dan harus ikut audisi band sampai ketemu seniman gila (Sujiwa Tejo) untuk mendapatkan lagi tasnya yang ilang. Akhirnya Joni memang terlambat mengantarkan film dan penonton semua sudah pulang karena kesal film putus di tengah jalan. Semua? Tunggu dulu, ternyata neng Mariana Renata belum pulang (pacarnya, eh mantannya ding, udah duluan diusir satpam karena bikin ribut di bioskop). Dan ketika Joni yang kecapaian, lelah, namun nampaknya sih yang paling disesalinya adalah kegagalan mendapatkan nama si Neng, duduk termenung di depan tangga masuk bioskop merenungi nasib, tebaklah siapa yang muncul dari dalam gedung bioskop? Akhirnya hari berakhir indah untuk Joni. Gak apa-apa sepeda motor hilang (punya asuransi kayaknya) yang penting bisa nonton berdua rol terakhir film dengan nona Angelique.

Film ini lumayan menghibur, cukup berwarna dan sedikit nyeleneh tapi jalan ceritanya lumayan baik. Penampilan Mariana Renata benar-benar menjadi penyejuk mata. Senyumnya luar biasa, bikin saya terguling-guling setelah sebelumnya muntah-muntah melihat Surya Saputra. Aktingya sih biasa namun apapun jadi luar biasa untuk seorang Mariana Renata. Barry Prima tampil solid dan kocak sebagai sopir taksi yang cerewet. Akting Nicholas juga lumayan, dia berhasil melepaskan diri dari streotype Rangga AADC.

Film ini ditulis dan disutradarai oleh Joko Anwar. Ini adalah debutnya sebagai sutradara sebuah film, namun ini bukan kali pertama keterlibatan "kawan" ini dalam produksi film. Dalam film Arisan, dia bertindak sebagai salah satu penulis skenario. Joko sebelumnya lebih saya kenal sebagai kritikus film di koran Jakarta Post yang resensinya selalu menjadi patokan saya dalam menilai apakah suatu film layak untuk disaksikan atau tidak. Menurut informasi yang didapat dari saudara TA saya Edison dan telah saya cross check, Joko Anwar ini merupakan alumnus Institut Gadjah Doedoek (lupa jurusannya) dan pernah menghuni rumah kos yang ditempati oleh Edison kala itu (makanya berani saya panggil kawan). Jika informasi ini benar maka satu lagi pembelot dari Institut kebanggan saya itu. Dan menurut informasi dari bang Edison juga, si kawan itu memang penggila film (sama seperti saya namun saya masih setia di jalur saya) dan dia nampaknya menemukan jalannya di dunia film. Selamat!

Rating: 7/10

Comments

Popular Posts