Argentina - Belanda
Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga, Piala Dunia 2006 dimulai. Tanggal 9 Juni 2006, kota Muenchen menjadi arena pertandingan pembukaan antara tuan rumah Jerman dan Costa Rica. Skor akhir 4-2 menjadi sebuah anomali dalam pembukaan piala dunia, karena sejak 1986 (yang gw tau nih), pembukaan piala dunia selalu berakhir dengan sedikit gol dan biasanya kejutan sering terjadi (ingat Argentina-Cameroon tahun 1990 dan Prancis-Senegal, 4 tahun yang lalu).
Hari ini gw mau mencoba mengulas pertandingan panas di Grup C yang akan berlangsung tanggal 21 Juni 2006 antara Argentina lawan Londo. Seperti kita ketahui kedua tim memenangkan pertandingan pertamanya, andaikan besok 16 Juni 2006 kedua tim memenangkan pertandingan keduanya, maka kemungkinan partai ketiga tidak akan berlangsung seseru yang di harapkan.
Tapi nampaknya apapun hasil pertandingan kedua besok, partai argentina-londo dijamin akan menjanjikan pertandingan saling adu serang karena kedua tim tidak ternama karena pertahanannya yang mumpuni melainkan karena kekuatan serangannya.
Sekarang kita lihat perbandingan kekuatan kedua tim.
Argentina:
Argentina secara tradisional merupakan raksasa sepakbola dunia. Dua kali juara dunia yang merupakan musuh besar negara terbesar sepakbola (harus gw akui) Brasil, yang pada piala dunia kali ini berusaha mengembalikan pamor mereka yang hancur lebur di Piala Dunia 2002.
Squad:
Argentina tidak pernah kekeringan bakat hebat, patah tumbuh hilang berganti. Pada perhelatan kali ini Argentina dipimpin oleh playmaker jenius Juan Roman Riquelme sebagai pusat permainan. Di gawang berdiri Roberto Abondanzierri. Di belakang berdiri 100-caps-man Roberto Ayala bersama bek multifungsi MU Gabriel Heinze, didampingi oleh Nicolla Burdiso di kanan dan kapten Juan Pablo Sorin di kiri. Naik ke tengah, Javier Mascherano dan Esteban Cambiasso sebagai gelandang bertahan dan perebut bola untuk meringankan kerja playmaker Riquelme dan Maxi Rodriguez yang biasanya beroperasi dari kanan. Di depan, striker oportunis Hernan Crespo ditemani si Kancil Javier Saviola, yang nampaknya sudah menemukan kembali form terbaiknya. Di bangku cadangan pilihan berlimpah terutama di barisan penyerang dengan Wunderkinder, Lionel Messi dan Carlos "preman" Tevez sebagai kartu Joker.
Komentar:
Gw beruntung bisa menyaksikan secara langsung partai pertama Argentina secara langsung di Stadion Hamburg. Dari pengamatan yang gw liat, Argentina memainkan pola yang tidak lazim. Ketika bertahan mereka akan memankan pola 4-4-2 dengan formasi seperti yang gw sebutkan sebelumnya. Tapi ketika menyerang, pola mereka berubah menjadi 3-4-1-2 atau kadang-kadang 3-4-3, Sorin akan naik sebagai gelandang kiri dan Maxi sebagai gelandnang kanan, dengan Riquelme sebagai pusat permainan. Melihat penampilan perdana Argentina, gw pribadi kurang puas. Mereka gagal mendominasi pertandingan dan penampilan gelandang bertahannya yang kurang menggigit karena kalah duel dengan gelandang-gelandang Pantai Gading. Mereka beruntung punya playmaker jenius Riquelme dan penyerang-penyerang opertunis Crespo dan Saviola. Namun untuk melaju lebih jauh, nampaknya Argentina membutuhkan kelihaian Wunderkind, Messi dan Tevez di partai2 selanjutnya, karena yang jelas sekali kurang dari mereka adahal pemain yang bisa menggiring bola untuk menerobos pertahanan lawan. Dan ini dipunyai oleh Messi, Tevez dan juga si Badut Pablo Aimar.
Belanda:
Total Voetball
Squad:
Belanda memakai pola Ajax 4-3-3. Bisa dimaklumi mengingat sang trainer adalah jebolan Ajax Institut. Di gawang, Edwin van der Saar, sang kapten akan dilindungi oleh Mathjisen dan Andre Ooijer sebagai palang pintu ditemani Johny Heitinga dan Gio van Bronkchrost di kanan dan kiri. Di tengah berdiri 3 gelandang pekerja keras Cocu, Sneijder dan van Bommel. Sebagai penyerang Arjen Robben dikiri dan van Persie di kanan menemani Ruudtje van Nistelrooij.
Komentar:
Melihat pertandingan pertama melawan Serbia-Motenegro, Belanda merupakan salah satu tim yang mesti diperhitungkan dalam Piala Dunia kali ini. Mereka mempunyai cukup amunisi untuk meledak di piala dunia kali ini. Plus point dalam pertandingan itu adalah Arjen 'one man show' Robben. Bisa dikatakan Robben seorang diri memenangkan pertandingan itu. Dribling-nya dari sisi kiri membuat tak nyaman bek kanan Serbia. Pertahanan yang semula dikhawatirkan tampil solid dibantu dengan penampilan gemilang der Kapiten Edwin van der Saar.
Verdict:
Siapa yang menang dan siapa yang kalah akan sangat ditentukan oleh siapa yang lebih sering membuat kesalahan. Secara teknis kedua tim sangat berimbang. Akan menarik untuk menyimak bagaimana Argentina berusaha menetralisir Arjen Robben dan trio gelandang Belanda akan berusaha mematikan pergerakan dan umpan terobosan maut playmaker Riquelme. Argentina mungkin akan memulai dengan formasi yang sama seperti melawan Pantai Gading dan jika Pakerman akan mencari kemenangan maka kemungkinan besar Lionel Messi atau Carlos Tevez diturunkan di 30 menit terakhir menggantikan Maxi atau Saviola, untuk mencoba mendobrak pertahanan Belanda yang nampaknya tidak terlalu solid. Di lain pihak Belanda bisa saja menampilkan playmaker van der Vaart yang masih belum fit sebagai kartu As. Hasil seri nampaknya bukan pilihan karena dalam sejarahnya jarang sekali kedua tim bermain imbang ketika bertemu. Akhir kata, let the best team wins dan semoga itu adalah Argentina.
Comments